Syawal Deff
Deretan sang saka merah putih berkibar mengikuti launan angin dari timur ke barat. Setiap tahun negeri ini memperingati dirgahayu  kemerdekaan, untuk menghargai jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan bangsa Indonesia,  Jiwa nasionalis dan patriotisme yang tak pernah pudar.

Sementara kala itu rakyat dibodohi, namun perjuangan tak pernah berhenti sehingga dapat melawan sistem serta sel- sel yang diterapkan oleh kolonial. Berkat perjuangan yang suci dan mulia, kini mendatangkan keadilan di ranah bumi pertiwi dengan membawa kebenaran sehingga waktu yang dinanti akhirnya datang. Yakni diproklamirkan suara kemerdekaan  pada 17 agustus 1945.

Ini merupakan titik awal dalam membenahi tatanan kehidupan  berbangsa dan bernegara serta hijrahnya negeri ini dari suatu sistem penjajahan, penindasan dan  pembodohan publik. Maka tak heran pada zaman itu hanya dua semboyan yang terpendam dalam hati para pejuang dan pahlawan ialah lebih baik mati dari pada di jajah.

Saat mendengar suara proklamasi kemerdekaan, pihak penjajah tidak hanya diam. Mereka terus menerus melakukan suatu pergerakan dan strategi politik dalam membendungi suara para proklamator yang nyata-nyatanya ingin menjadikan negeri ini berdiri di atas kaki sendiri.

Sebab dalam siklus politik sempat menggetarkan kacamata dunia dengan menandakan lahirnya Indonesia di zaman Revolusi fisik yang paling banyak dilalui dengan pertumpahan dara dan memakan korban jiwa.
Tidak mengherankan dari zaman revolusi fisik hingga berakhirnya zaman tersebut, rentetan sejarah kini menghiasi bangsa baik itu pertempuran dari suatu makna  mempertahankan kemerdekaan maupun konflik dalam negeri.

Catatan hitam itu berawal dari ambisi pihak penjajah yang  ingin menguasai kembali wilayah kedaulatan NKRI bahkan sampai diadakannya perundingan guna mereda strategi para penjajah. Tetapi yang paling menimbulkan polemik, setelah keberadaan sang kolonial sirna. Lahirlah beberapa tokoh yang mengatas namakan gerakan yang ingin membawa perubahan bangsa kea rah yang lain baik, seperti Seokarno dan tokoh Nasional lainnya. sebab menurut pemahaman mereka ideologi itu tidak sesuai dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Bahkan ada pula gerakan yang memutar balikan fakta dan sejarah sehingga kudeta berdarah berawal dari sehelai surat yang isinya sampai sekarang belum diketahui kebenarannya. Apalagi Revolusi yang akan mewarnai garis perjuangan, kala 1960 silam hingga runtuhnya rezim orde baru.

Tanpa kita rasakan  waktu itu terus berjalan bagaikan air dari hilir hingga ke laut bahkan perubahan  zaman mengiringi dinamika suatu kehidupan. Bangsa ini terus  di ombang-ambing  beragam permasalahan, sebab yang dilakukan yang mengemban tugas ingin menegakan supremisasi keadilan .

Serta yang  dilakukan oleh komprador tidak bertanggung jawab dengan mengedepankan misi dan kepentingan dalam mempertahankan kekuasaan. Walaupun setiap tahun  negeri ini memperingati dirgahayu kemerdekaan.

 Tetapi  selama ini masih ada pergerakan dalam melawan bangsa sendiri.  Akan  terus lahir Revolusi dalam negri ini, seperti makan pekataan Bung Karno,  “perjuanganku telah selesai, karena aku melawan penjajah. Tetapi perjuanganmu belum selesai, karena kamu akan melawan bangsamu sendiri”.

Penulis adalah Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Budi Bakti Bekasi