Vidia Octavia Fradiansyah



 1. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
 

2. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).

3. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
 

Marhaen- Jakarta, Sumpah pemuda yang lahir pada 86 Tahun lalu tepatnya 28 oktober 1928 masih meninggalkan semangat kebangsaan. Momentum bersejarah bangsa itu bukan hanya diperuntukan bagi para pemuda melainkan kelahiran Bangsa Indonesia.
 

Ketertindasan dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu menekadkan para pemuda untuk membebaskan, mengangkat harkat dan martabat hidup rakyat Indonesia. Dengan komitmen mempersatukan tanah air, bangsa dan bahasa sehingga Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan 17 Tahun setelahnya, 17 Agustus 1945. Sumpah pemuda bukan saja pemicu kemerdekaan atau awal pergerakan, lebih dari itu sumpah pemuda adalah tonggak sejarah, kristalisasi semangat, sumber dari segala sumber persatuan negeri ini.
 

Umurnya sudah 86 Tahun, Soempah Pemoeda tak segagah dahulu namun kobaran api semangat tak pernah padam untuk terus maju menyongsong Indonesia satu. Namun, sang tonggak itu kini dilanda kegamangan. Pemuda yang berdiri di garda depan kini sebagian memilih menyusup mencari aman. Suara kebenaran dan keadilan yang diserukan serupa namun tak sama, karena pita suara kini ditambal materi dari petinggi negeri yang menyanyi akan menggaruk daki pribumi.
 

Social Media, Mendaki gunung, Menyelam di laut kini menjadi trend pemuda untuk bersatu. Ya, bersatu dengan berbagai bahasa, bersatu dengan setinggi-tingginya puncak gunung yang mencakar langit dan bersatu dengan sedalam-dalamnya dasar laut hingga memijak tanah. Tak ada yang salah, hanya saja pemuda saat ini lupa bahwa bukan hanya bahasa, langit dan tanah yang dikayuh melainkan satu kesatuan atas nama rakyat dan Indonesia.

Pengaruh pemuda terhadap bangsanya seperti satu paket pohon yaitu akar dan daun. Pergerakan dan semangat pemuda seperti roda sepeda yang terus berputar, menuju pembaharuan, menuju keadilan, menuju satu tempat bernaung dan kembali di negeri yang tak pernah menutup keramahannya di pintu yang hakiki. Perlahan tapi pasti, bila pemuda bergandengan, Indonesia akan berteduh diatap kesejahteraan. Singsingkan lengan baju lalu bergerak maju.

- Soempah Pemoeda ibarat pernikahan, perjanjian pemuda dengan Tuhan yang    berkumandang di mimbar persatuan. -