(Pemberian kenang-kenangan oleh Panitia kepada Yana Priyatna M.Hum/Hari)
Marhaen, Pekalongan - Universitas Pekalongan (UNIKAL) menyelenggarakan Program Pengenalan Perguruan Tinggi (PROPPERTI) dalam rangka menyambut mahasiswa baru di Gedung Aswaja PCNU Kota Pekalongan. Provinsi Jawa Tengah. Senin (2/9/2019)

PROPPERTI sendiri merupakan jenjang pendidikan tinggi formal yang memiliki peran penting dalam pengembangan pola pikir dan skill guna peningkatan sumber daya manusia.

Kegiatan berlangsung selama tiga hari, dimulai sejak tanggal 2 - 5 September 2019 dan diikuti sebanyak 1.150 Mahasiswa baru dari 20 Program Didik (PRODI) .

(Saat penyampain materi Kebangsaan/Hari)
Dosen Universitas Bung Karno(UBK) Jakarta, Yana Priyatna M.Hum, berkesempatan menjadi salah satu pemateri Kebangsaan di PROPPERTI UNIKAL.

Dihadapan ribuan Calon Mahasiswa Baru (CAMABA) UNIKAL, Yana mengungkapkan kegembiraanya dapat memberikan pengetahuan soal wawasan kebangsaan, sebagai pendahuluan pemateri asal Jakarta itu mengajak seluruh peserta menyanyikan lagu, dan mengangkat tangan untuk berjoget ria.

Tujuannya agar para peserta tidak mengantuk saat mendengarkan materi kebangsaan.

"semangat dan bergembira." Katanya.

Penulis Buku “Titik temu Politik Kebangsaan Aswaja dan Marhaenisme”  ini memulai materi dengan sebuah pertanyaan yang filosofis kepada para peserta yang memadati Gedung Aswaja.

“Apa yang disebut tanah air Indonesia ?” Yana mengutip pidato Ir. Sukarno bahwa Tanah Air adalah seluruh kesatuan, pulau-pulau yang terbentang dari ujung Sumatera yaitu Sabang, sampai ujung Irian Marauke, dan Tanah Air Indonesia juga yang terhempit dua Benua, Benua Asia dan Australia.

Pertanyaan kedua Dosen UBK ini, menanyakan apa yang dimaksud sebuah bangsa kepada peserta ? Salah seorang peserta perempuan menjawab. Menurutnya “Bangsa adalah sesuatu yang majemuk karena terdiri dari beragam suku, etnis dan ras," lalu Yana Priyatna menambahkan apa yang disebut bangsa Indonesia adalah "seluruh manusia yang tinggal dan hidup di kesatuan pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Marauke." Tambahnya

Dosen Ajaran Bung Karno dan Pancasila ini, menyindir bukan Bangsa Indonesia namanya, jika tanpa Papua, yang ketiga Yana disela-sela waktu membeberkan tentang sikap cinta tanah air. Ia menggambarkan kepada CAMABA UNIKAL dengan sebuah perumpamaan.

“Kalau anda seorang remaja, atau layaknya seorang pemuda yang mencintai pasangan anda, apa saja pasti anda lakukan? Jika seorang anak muda mencintai  pasangan, bisa saja melompat jendela kamar karena ingin bertemu” ucapnya.

Alumni IKIP Jakarta ini menegaskan bahwa begitupun dengan mencintai tanah air, anak muda harus mempunyai kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena menurut Yana hanya dengan itu, anak muda mampu untuk membangun bangsa dan tanah airnya, itu wujud cinta tanah air.

"Di era serba teknologi seperti sekarang ini,  handpone yang kalian gunakan itu, menjadi tempat berkumpulnya berjuta-juta informasi dan pengetahuan, oleh sebab itu handpone atau smart phone tidak boleh menjadi penyebab pemecah belah Bangsa Indonesia, melainkan  (smartphone) untuk kemajuan tanah air melalui teknologi canggih itu. Disinilah perlunya kesadaran anda untuk mencintai bangsa, bukan teknologi canggih untuk merusak tantanan kebangsaan kita seperti yang terjadi dewasa ini." Tutur Yana

(Suasana ruangan saat acara PROPPERTI UNIKAL)
Forum menjadi sangat dialogis ketika Panitia PROPPERTI memberikan kesempatan kepada CAMABA untuk bertanya kepada pemateri, salah seorang perempuan bertanya tentang bagaimana peran generasi milenial memperkuat wawasan kebangsaan ?
Yana menjawab bahwa generasi milenial, sebagai generasi yang berkembangnya gampang-gampang susah, karena generasi ini mempunyai Bahasa sendiri dan berbeda jauh dengan angkatan saya , contohnya istilah “Kuy”, tetapi perbedaan bahasa generasi milenial dan generasi saya ini, sama-sama menghadapai tantangan di zaman yang lebih terbuka, untuk  memperkuat wawasan kebangsaan.

“Menurut saya anak muda generasi milenial sekarang ini masih dapat menjadi Pilot, Perancang Busana, membuat Film animasi yang bergenre kebangsaan, itu adalah sebagian dari trik-trik untuk memberi kesadaraan kebangsaan  dan sangat perlu soal kreativitas”.

Sebagai penutup Yana berpesan agar Mahasiswa Kota Batik (Pekalongan) tidak ikut-ikutan terjerumus istilah baru tentang rasial, tentang nasionalisme rasial, menurut Yana nasionalisme kita terbangun bukan dari rasial, bangsa Indonesia berdiri karena kemajemukan dan rasa senasib serta sepenanggungan. Banyak cara buat generasi milenial untuk membumikan wawasan kebangsaan, ada teknologi dan cara-cara baru dan salah satu kuncinya sama seperti tag line UNIKAL yaitu kreative.

Pewarta : Hari Hadi Putra/CA