Foto : Demonstran Gerakan Black Lives Matter/Google

Sebelum masuk Amerika, perbudakan awalnya berasal dari bangsa Portugis yang melakukan penjelajahan ke benua Afrika. Dan disanalah ditemukan raja-raja Afrika menjual budak-budak yang menjadi tawanan perang, dan merupakan sesama kulit hitam. Yang kemudian perbudakan ramai ke Eropa dan Inggris serta koloni-koloninya.

Tahun 1705 Virginia sebagai koloni Inggris menetapkan Virgina Slave Codes yang mengatur orang-orang Afrika sebagai warga kelas dua, dengan hak-hak terbatas dan warga kulit putih sebagai warga kelas satu. Yang isinya ialah melegalkan perdagangan budak, membedakan pengadilan kulit putih dengan kulit hitam. Orang kulit hitam tidak boleh memiliki senjata, dan orang kulit putih tidak boleh dipekerjakan oleh orang kulit hitam.

Hal ini dilakukan sebagai antisipasi pemberontakan kulit hitam di Virginia karena jumlahnya yang banyak dan terus meningkat. Penguasa kulit putih khawatir akan adanya pemberontakan secara tiba-tiba. Semenjak itu perbudakan terus meluas di Amerika terutama di daerah-daerah yang terdapat perkebunan luas dan membutuhkan banyak pekerja kulit hitam.

Dari sini budak menjadi semacam kasta, budak yang memiliki anak, maka secara otomatis anak tersebut akan menjadi budak pula. Hal yang lebih parahnya, budak akan dicap kulitnya dengan besi panas, agar diketahui siapa pemilik budak tersebut dan dapat dilacak ketika kabur. Budak tersebut juga diperdagangkan di pasarkan layaknya hewat ternak untuk dijual ke pemilik berikutnya.

Ketika terjadi pertentangan anatara Inggris dan koloni-koloninya, akhirnya terbentuklah Amerika Serikat. Koloni-koloni tersebut menyatakan bersatu dalam suatu negara yang bernama Amerika Serikat sejak 4 juli 1776 yang hingga sekarang di peringati sebagai hari kemerdekaan AS.

Setelah bersatu, munculah dualisme terkait perbudakan, yaitu Free State artinya adalah negara yang anti perbudakan, negara-negara ini berada di utara Amerika, diantaranya, California, Michigan, Ohio, Pennsylvania, Wisconsin,  Indiana, Iowa, Massachusetts, dan lain-lain. Sementara yang mendukung perbudakan disebut dengan Slave State diantaranya negara bagian Selatan Amerika seperti Alabama, Arkansas, Delware, Florida, Georgia, Virginia, Texas, South Carolina, Maryland dan masih banyak lagi.

Dari sinilah muncul konflik, dan ketika Lincoln terpilih menjadi presiden ia pro terhadap gerakan anti perbudakan, dan ini memicu kemarahan negara bagian Selatan. Karena dianggap akan menghilangkan supremasi kulit putih. Dari sini negara bagian Selatan memisahkan diri menjadi Confederate State. Dan dari sinilah negara Amerika sementara dikuasi oleh bagian Utara, dan perbudakan resmi dihapuskan pada tahun 1862.

Kemenangan itu ditanggapi sinis oleh negara bagian Selatan dengan diadakannya Black Codes pada tahun 1865 untuk tetap mengatur kulit hitam yang ada di Selatan. Kemudian karena mendapat protes Black codes dihapus, tapi malah muncul hukum baru yang bernama Jim Crow yang justru lebih parah. Ini berlaku di negara bagian Selatan dan sebagian bagian Utara, dimana segala aktivitas kulit hitam dan kulit putih terpisah. Mulai dari sekolah, tempat duduk di bis, keran air minum, hingga toilet pun terpisah.

Hingga akhirnya muncul gerakan Civil Rights Movement yang berusahan untuk menghapuskan diskriminasi ras, tokoh yang terkenal ialah Martin Luther King JR, hingga akhirnya gerakan ini berhasil dan hukum Jim Crow di hapuskan pada 1964. Namun ini tidak seindah hasilnya, ketika Nixon dan Clinton menjabat justru malah semakin bertambah kasus kebrutalan polisi dengan berbagai macam modus.

Black Lives Matter sebenarnya gerakan sosial yang telah didirikan sejak 2013. Gerakan ini sangat masif karena aktif melakukan demonstrasi di banyak negara, mayoritas Amerika. Gerakan ini menentang segala bentuk kekerasan maupun rasisme kepada masyarakat kulit hitam.

Menjelang perhelatan pemilu AS, gerakan Black Lives Matter kembali mencuat pasca jatuhnya korban kekerasan oleh kepolisian. George Floyd seorang lelaki kulit hitam ini tewas di Mineapolis, setelah lehernya ditindih sekitar sembilan menit oleh seorang polisi.

Kejadian itu memantik amarah publik, dan menimbulkan demonstrasi di puluhan kota di AS. Dan apakah Black Lives Matter berpengaruh terhadap kemenangan Biden? Tentu akan saya jawab iya, tapi tidak begitu besar. Pertahanan yang berasal dari partai Republik ini nyatanya memiliki pendukung yang sangat loyal bahkan fanatik.

Partai Republik membawa pemahamam konservatif yang sangat dalam. Dan selama kepemimpinan Trump banyak hal-hal yang diluar dugaan. Trump dikatakan pemimpin yang aneh karena membelakangi etika dan moral. Langkah-langkah yang diambil sering sekali menjadi kontroversi bagi masyarakat AS. Bahkan sempat dituduh sebagai penyebar berita bohong.

Black Lives Matter hanya salah satu alternatif pilihan bagi masyarakat yang mengalami kekecewaan dengan kepemimpinan Trump. Dan partai Demokrat unggul dalam ini karena membawa pemahaman liberal yang jelas berbeda sudut pandang dengan partai republikan. Terlebih bagi ras kulit hitam, rasa-rasanya sangat berat apabila harus memilih Trump yang acap kali menentang aksi-aksi dari Black Lives Matter.

Biden yang menggaet pasangan Kamala Haris juga menjadi momentum bersejarah karena merupakan seorang perempuan pertama terlebih berkulit hitam dan keturunan Asia. Dan dengan hadirnya ras kulit hitam dalam tampuk kepemimpinan dirasa akan membawa suatu keadaan yang lebih baik, serta mampu menyuarakan aspirasi masyarakat kulit hitam.

Tapi perlu diingat, bahwa banyak juga masyarakat yang sebelumnya pemilih partai Republik kini beralih menjadi pemilih partai Demokrat, bukan karena Black Lives Matter, melainkan karena tindakan-tindakan irasional yang dilakukan Trump.


Penulis : Moehamad Dheny Permana

Editor : Ayu Gurning