(Foto : ilustrasi seseorang yang memikirkan ketakutan hidup/rappler.com)

Marhaen, Jakarta –  Quarter Life Crisis (QLC) adalah istilah untuk seseorang yang memiliki kecemasan terhadap masa depannya, hal tersebut biasa terjadi ketika memasuki usia awal dewasa atau umur 20 hingga 30 tahunan. QLC termasuk sebuah fenomena yang sangat lumrah terjadi pada kaum milenial, dan berbagai penyebabnya ternyata berasal dari diri dan lingkungan sekitar.

Pada dasarnya manusia itu berprogres terutama di hal-hal yang penting buat kita. Misalnya, suka dengan pekerjaan tetapi sampai sekarang pekerjaannya seperti itu-itu saja, atau anda sedang menjalani hubungan dengan seseorang yang sayang tetapi kalian merasa  bosan dan monoton. Apakah wajar jika seseorang merasa terjebak di keseharian, tidak ada kemajuan atau bingung tidak merasa bahagia.

Satu persen saja setiap harinya kita berprogres sama pentingnya dengan hasil, kesuksesan kecil dari progres itulah yang akan membuat kita menjadi produktif meskipun kecil dan tentunya membuat kita senang untuk menjalani aktifitas dan keseharian kita. Tetapi, perlu diingat, jika kalian terus berlarut pada pemikiran seperti ini, akhirnya kalian hanya akan takut untuk melanjutkan kehidupan yang akan mendatang. Akibatnya banyak diantaranya memutuskan untuk tidak berani mengambil resiko dikarenakan takut gagal, padahal masih banyak orang lain yang jauh di bawah kita baik dari ekonomi, karir dan sebagainya.

Krisis yang mempertanyakan kualitas hidup dan identitas diri ternyata bisa berdampak buruk terhadap hidup Anda, mungkin saja anda sedang mengalami fase Quarter Life Crisis (QLC). Ketika seseorang mulai memasuki usia 20 atau 30 tahun, perubahan pola pikir dan gejalanya juga dapat ditujukan jika sering membandingkan dirinya dengan kehidupan atau pencapaian orang lain, sehingga hal ini membuat seseorang sering membandingkan dirinya dengan kehidupan atau pencapaian orang lain, sehingga hal ini membuat seseorang menjadi tidak bersyukur akan kehidupannya sendiri. 

Selain itu, terdapat beberapa kebiasaan yang dapat memicu krisis seperempat abad ini muncul, seperti :

1. Kecanduan Media Sosial                                             

(Sumber Foto : Google)

Sering bermain media sosial berpengaruh terhadap pola pikir seseorang yang senang membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Padahal, segala sesuatu yang kalian lihat di media sosial hanya merupakan sebuah bentuk pencitraan dan berbanding terbalik dengan aslinya. Fokus untuk melihat  kepada hal - hal yang sekiranya positif bukan melulu hanya soal pamer pencapaian di media sosial.

2.    2. Terlalu Sering Bermain Game               

(Sumber Foto : Google)

     Bermain game sampai lupa waktu pun termasuk dalam kegiatan yang kurang produktif. Sah - sah saja  bermain game yang kita sukai untuk hiburan sekaligus melepas penat. Namun, alangkah lebih baik untuk anda mengatur porsi waktu dalam memainkannya

3.   3. Sering Mengeluh                   

(Sumber Foto : Google)

      Sering mengeluh, tetapi tidak melakukan apapun untuk menyelesaikan masalah yang dikeluhkan. Mengeluh memang akan meredakan rasa sakit yang kita derita. Namun, mau sampai kapan anda hanya mengeluh akan keadaan yang anda hadapi?. Setiap orang punya potensi. Temukan dan asah potensi anda adalah jalan keluar terbaik.

4.     4Menutup Diri                            

(Sumber Foto : Google)

         Menutup diri dari orang lain, sehingga membuat pergaulan Anda semakin sempit dan sulit melihat berbagai peluang dari koneksi yang ada. Hal itu malah akan mempersulit diri anda sendiri. Coba untuk membuka diri terhadap dunia luar, tidak semua orang itu seburuk yang anda pikirkan. 

Saat seseorang sudah memiliki gejala - gejala tersebut, mereka memulai menunjukkan kecemasan berlebih setelah mengambil suatu keputusan yang kerap menjadi pemicu utama dari terjadinya Quarter Life Crisis. Kemudian seseorang sering merasakan kesedihan berlebih hingga kehilangan motivasi hidupnya, hal ini jelas berdampak pada kesehatan mental.

Agar hidup menjadi lebih produktif dan positif karena QLC, ada beberapa cara yang mungkin bisa membantu menghadapi fase ini yaitu seperti, Mengenali diri sendiri, Jangan memendam diri sendiri, Berhenti untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain, Membuat rencana hidup, Mencari hobi baru dan Percaya pada diri sendiri ketika mulai menjalani kegiatan. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap yang positif dalam menghadapinya, agar lancar dalam menggapai impian dan QLC tidak lagi mempengaruhi kehidupan kita.




Penulis : Endah Puspita Sari 


Editor   : Dika Maulana