(Foto: ilustrasi resesi ekonomi/detik.com)

Marhaen, Jakarta - Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Bung Karno (UBK) Insight Investment Management (IIM), bersama Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun (YIIM) mengadakan Seminar Literasi Keuangan dengan tema “Strategi Investasi Menghadapi Resesi Tahun 2023” di Aula Fatmawati, Kampus Kimia UBK. Rabu, (21/12/2022).

Dilansir dari bfi.co.id, diperkirakan pada tahun 2023, dunia akan mengalami resesi. Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja, akan gelap. Resesi adalah kemerosotan ekonomi yang tidak hanya disebabkan dari aktivitas ekonomi itu sendiri tentunya. Hal ini membuat masyarakat menjadi resah.

Dimaknai sebagai suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan berdasarkan dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi yang bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut, maka dari itu Erita oktasari selaku Penanggung Jawab Acara sekaligus Moderator mengatakan bahwa alasan itu mengapa tema tersebut diambil.

“Satu, resesi kan udah digembor-gemborin kalau nanti kita resesi kita akan kesusahan. Kita akan susah untuk mendapatkan barang, uang akan semakin kecil nilainya. Kenapa dikaitkan dengan tema, jelas berkaitan sih kata ibu ya, mulai dari sekarang sih kita investasi, jadi walaupun benar ada resesi dari sekarang kita mempersiapkan diri nya,” pungkasnya.

Saat-saat  menuju resesi global, alangkah baiknya mahasiswa ‘main aman’ dalam berinvestasi. Beberapa aset  dengan risiko rendah yang bisa menjadi pilihan antara lain aset pasar uang, reksadana, dan obligasi pemerintah. Menurut Erita, sebagai mahasiswa, untuk menghadapi ancaman resesi dengan menginvestasikan sedikit dari uang (penghasilan) mereka.

Mahasiswa sebagai agen perubahan, diharapkan bisa bertahan melewati masa-masa resesi dengan berinvestasi. Melalui investasi, mahasiswa bisa mulai belajar untuk menghadapi ancaman resesi global dengan tujuan supaya penghasilan yang dimiliki tidak habis untuk memenuhi keinginan yang bersifat konsumtif. 

Acara seminar tersebut juga melibatkan beberapa pihak, namun keterlibatan mahasiswa dalam panitia pelaksana menjadi pertanyaan. Mahasiswa yang seharusnya aktif terlibat dan berpartisipasi di dalam acara kampus, tak terlihat, dan menjadi peserta saja. Erita memaparkan bahwa duta kampus saja yang dilibatkan pada acara ini, itupun ketika penyerahan sertifikat secara simbolis lantaran merupakan tugasnya.

“ Iya, mahasiswa tidak Ibu libatkan di acara ini, Ibu hanya melibatkan mahasiswa sebagai peserta, kecuali yang jadi perwakilan simbolis penyerahan sertifikat itu ada tiga, dan Ibu minta tolong  duta kampus karena itu tugas,” tutup Erita.





Penulis : Dinda Aulia
Editor : Devi Oktaviana