(Foto: Buku Self Improvment "Alasan Untuk Tetap Hidup"/Na'ilah)

Judul buku: Alasan Untuk Tetap Hidup

Pengarang: Matt Haig

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama 

Tahun Terbit: 2018

Tebal halaman: 266 halaman

ISBN: 978-602-06-4853-8

Harga Buku: Rp 85.000

Di awal buku ini, Matt Haig menganalogikan depresi layaknya sebuah terowongan yang kedua ujungnya tertutup rapat dan kita terjebak di dalamnya. Ia pun kala itu juga berandai-andai, jika ia bisa melihat masa depan atau suatu harapan yang lebih cerah daripada yang pernah ia alami, maka mungkinkah salah satu ujung terowongan itu meledak dan ia akan melihat sebuah cahaya.

Depresi tampaknya seperti suatu hal yang misterius menurutnya sebab seperti yang ia katakan sebelumnya, hal tersebut tak dapat kita lihat sehingga banyak stigma-stigma yang menjamur dan mudah kali untuk tersebar. Matt beranggapan hal tersebut dapat mempengaruhi pikiran sedangkan depresi merupakan penyakit pikiran.

Khususnya, stigma tentang laki-laki tidak boleh menangis hal itu malah memperburuk keadaan di dunia nyata karena jumlah laki laki lebih banyak yang melakukan upaya bunuh diri dibandingkan perempuan, hal tersebut dapat terjadi karena laki-laki menganggap penyakit kejiwaan sebagai suatu kelemahan sehingga enggan mencari bantuan. 

Dalam buku ini juga, Matt merasa bahwa ia akan gila sehingga ia harus menyembunyikan ini semua dari dunia luar, ia takut akan diangsingkan. Namun, nyatanya ia merasa hal tersebut sangtlah ia sayangkan karena membicarakan secara lisan maupun tulisan tentang depresi dapat membantunya untuk terkoneksi kembali dengan dunia ini.

Terutama menulis menurutnya kita dapat terhubung dengan satu sama lain dan juga dengan diri kita sendiri yang sejati. Namun, ia mengerti bahwasanya manusia adalah makhluk yang tertutup tidak seperti hewan. Kita pasti akan malu jika ada yang salah dengan diri kita, tapi pada akhirnya kita akan bertumbuh melewati masalah itu dengan membicarakan atau bahkan ia tekankan lagi lewat membaca dan menulis.  

Membaca dan menulis dalam taraf tertentu ia anggap dapat membawanya menemukan suatu jalan keluar dari kegelapan akibat depresi tersebut. Semenjak itu ia merasa bahwa depresi membohonginya ia bertekad untuk menulis pengalamannya serta mengupas tentang depresi serta kecemasan itu sendiri.

Matt menegaskan bahwa kata-kata memang bisa membebaskan kita maka jika pengalaman paling benar benar bermanfaat bagi kita adalah membaca suatu buku yang kita tulis sendiri. Namun, membaca pengalaman pengalaman orang lain yang juga menderita hal sama seperti mendapat suatu penghiburan bagaimana mereka bertahan dan mengatasi kesedihan mendalam. Bukan hanya itu, Matt merasa ia mendapatkan secercah harapan dan berharap bahwa buku ini pun dapat memberikan hal yang sama.

Buku ini pula menceritakan perjalannya menghadapi depresi dari awal sebelum ia mengetahui menderita hal tersebut hingga ia bisa merasa lebih baik. Awalnya, ia merasa ada yang salah dengan pikiran dan berpikir bahwa ia akan mati dan pada akhirnya ia merasa jatuh kedalam suatu kenyataan yang sempit dan menyesakkan 

Kala itu,  umurnya 24 tahun ia hampir saja mengambil nyawanya sendiri sebab depresi dan gangguan panik yang ia alami saat sedang tinggal  dengan kekasihnya Andrea di ibiza. Bukannya menikmati kota paling tenang matt malah merasa cemas. Rasanya ia ingin mati tapi hal itu tak sepenuhnya benar ia hanya tak ingin hidup saja. Terdengar sangat membingungkan nyatanya dua hal tersebut berbeda sebab tidak ingin hidup, iaberharap tidak pernah ada atau lahir ke dunia sedangkan ingin mati artinya kita pernah hidup terlebih dahulu.

Dirinya tetap memilih untuk bertahan untuk tetap hidup meskipun apa yang ia jalani sulit,karena setelah berjalannya waktu dan mengalami itu berulang ulang entah untuk ke 1000 kalinya. Pertama kali ia rasakan adalah Ini datang lagi” tapi diakhir ia mengatakan bahwa “Saya pasti bisa melewati ini”, bukan hanya dengan hal hal tersebut saja ia dapat bertahan melewati setiap detik kehidupan yang berat, tanpa orang tua dan Andrea kekasihnya Matt merasa, ia juga takkan sanggup untuk bertahan.

Disisi lain, tak ada yang mustahil untuk ia lewati sendirian juga. Saat itu ia pergi ke sebuah toko untuk membeli susu serta marmite. Rasanya ia tak sanggup gangguan paniknya datang  namun dengan berusaha untuk tidak membiarkan pikiran pikiran mengganggu itu menang akhirnya ia berhasil untuk membeli semua itu dan kembali ke rumah orang tuanya. Andrea percaya kala itu Matt membaik tapi dalam lubuk hatinya masih tersirat “Tidak mudah menemani orang yang depresi”.

Menariknya, buku ini juga adalah alasan yang dibuat adalah testimoni orang-orang lain mengapa mereka bertahan dalam hastag yang dibuat matt yaitu #alasanuntukhidup terdapat beberapa yang dapat dijadikan suatu pertimbangan mungkin untuk yang mengalami depresi atau sedang kehilangan alasan untuk tetap menghembuskan nafasnya di bumi ini contohnya “Ada momen momen serta hari hari saat kabut lenyap. Masa itu sangat membahagiakan” atau yang paling berkesan “Cinta adalah alasan terbaik untuk hidup. Cinta pada diri sendiri,cinta untuk orang lain,cinta untuk kehidupan, dan cinta untuk memperhatikan hal hal baik”.

Meskipun menarik tentunya buku ini masih memiliki kekurangan yang mana ada bagian dimana ia menjelaskan cara pemindaian otak dalam halaman 202 yaitu CAT (Computed Axial Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) tidak dijelaskan bagaimana hal itu sebenarnya bekerja sehingga membingungkan kaum awam yang membaca buku ini

Dengan kekurangan tersebut buku ini tetaplah sangat direkomendasikan untuk mereka yang mengalami depresi sebab sangat membantu untuk memotivasi diri agar dapat menjalani kehidupan yang penuh penderitaan dengan perspektif lebih baik tapi bukan artinya buku ini tidak cocok untuk orang lain.

Untuk para caregiver atau pendamping orang dengan depresi ini akan membantu memahami lebih dalam lagi tentang depresi itu sendiri dan dapat juga memberikan gambaran bagaimana cara menolong mereka untuk keluar dari depresi itu sendiri. Orang yang tidak berhubungan langsung dengan orang yang mengalami depresi dapat meningkatkan kesadaran untuk orang orang disekitar yang mungkin merasakan hal yang sama namun mereka tidak menyadari hal itu.

Secara keseluruhan, buku ini sesuai dengan tujuan Matt diawal ia berharap dapat membantu orang orang dengan depresi keluar dari hal tersebut dan mendapatkan kembali suatu pengharapan tentang kehidupan dan masa depan yang lebih baik untuk mereka.  



Penulis : Na'ilah Panrita Hartono

Editor : Devi Oktaviana