(Foto: cover buku Dunia Sophie/Rizki)

Judul Buku : Dunia Sophie

Pengarang : Jostein Gaarder

Penerbit : Mizan Pustaka

Cetakan         : 2022

Tebal Halaman : 800 Halaman 

ISBN : 978-602-441-020-9              

Selama ini, filsafat jarang disentuh oleh masyarakat. Label tersebut berhubungan dengan  seseorang atau sukarnya mendapatkan substansi dari bacaannya, menjadikan orang-orang asing bahkan tidak mengetahui secara luas. Dunia Sophie hadir sebagai pengemas seluk-beluknya dengan ringkas dan pendahuluan yang sangat naratif.

Benang merah disusun dengan karakter utamanya adalah Sophie dan Alberto. Sophie Amundsen diceritakan sebagai anak dari Norwegia yang berumur 15 tahun. Dirinya mendapati keanehan di dalam kotak surat. Surat yang hanyut dalam kotak surat rumahnya, terbiasa datang dari ayahnya karena bekerja sebagai nahkoda kapal tanker minyak yang bepergian hampir sepanjang tahun. Namun, suatu saat sebuah surat bukanlah dari ayahnya melainkan dari Alberto.

Alberto Knox merupakan orang asing yang mengirimkan surat tanpa perangko dan alamat rumah membuat Sophie bingung siapa yang mengiriminya surat. Setiap surat yang datang, bertuliskan pertanyaan siapakah kamu. 

Sophie menyadari bahwa dia adalah dirinya sendiri tanpa perlu memikirkan terlalu dalam setelah membaca surat tersebut. Kemudian, Sophie mendapatkan dua jenis surat dalam kotak surat. Jenis pertama berisi pertanyaan dengan surat (amplop) kecil sedangkan yang besar berisi materi pengetahuan. Surat kecil berguna untuk membangun skeptisisme dan logika. Selanjutnya, surat besar pertamanya berisikan pembahasan minat, reaksi dan rasa penasaran seseorang. 

Trik Topi Pesulap  

Pasca kedatangan surat, Sophie lebih penasaran kenapa pembahasan seperti ini tidak diberikan di sekolah. Menurut pendapatnya, ada masalah-masalah besar yang harus diselesaikan. Ajakan bermain setelah pulang sekolah dari Joanna ditolaknya. Dia sudah mementingkan filsafat lebih dalam, membawa dirinya dalam filsafat. Pengandaian yang dipakai untuk memahaminya adalah trik sulap, topi pesulap yang mengeluarkan kelinci. 

Trik ini datang bersama amplop besar bertuliskan “Pelajaran Filsafat. Hati-Hati.” Surat ini menerangkan tentang minat seseorang yang berbeda-beda dan tidak sama. Menarik semua orang satu minat itu tidak mungkin, terkecuali melalui permasalahan “mengapa kita berada di sini?” Lebih lanjut, keterangan Alberto untuk mendekati filsafat dengan mengajukan pertanyaan filosofis. Banyak contoh pertanyaan dituliskan, seperti bagaimana penciptaan dunia, adakah kehendak atau makna dari sesuatu, adakah kehidupan setelah mati dan lain sebagainya.

Kata kunci yang diberikan, “rasa ingin tahu manusia” terhadap pencarian kebenaran. Cara ini sudah dilakukan para filosof Yunani atau sekarang ini adalah detektif. Dengan rasa ketidakpercayaan, dirinya diibaratkan semacam penonton yang sedang memperhatikan tipuan pesulap melalui sepasang selendang sutra putih menjadi seekor kelinci setelah keluar dari topi pesulap. 

Dalam kasus ini, keragu-raguan menerpa bagai angin, catatan yang penting ialah kebiasaan seseorang yang mempengaruhi sudut pandangnya. Pengandaian memakai pendekatan sulap, dirasa tepat sebagai cerminan manusia ketika dirinya tidak terbiasa dengan sesuatu, maka dirinya akan mencari kebenaran tersebut dari rasa penasarannya. Lalu, langkah ini yang mendorong filosof paling awal meneliti alam, proyek tersebut dinamakan "proyek filsafat alam".

Mitos dan Proyek Filsafat Alam 

Filsafat awalnya adalah sebuah narasi kepercayaan manusia terhadap alam (proyek filsafat alam), tentu kita telah mengenal peristiwa Big Bang, tetapi sulit rasanya bagi penelitian pertama manusia menyelidiki hal tersebut. Masyarakat tanpa ilmu alam, mereka cenderung mempercayai sebuah mitos yang melekat terhadap peristiwa alam yang tidak bisa mereka jelaskan.

Norwegia, tempat kelahiran Sophie adalah daerah Skandinavia. Sebelum agama Kristen masuk, rohani masyarakat diisi oleh kisah Thor sebagai dewa kesuburan yang mendatangkan hujan melalui petir. Lalu, cerita mengenai palu Thor yang hilang diambil raksasa, membuat bumi mengalami kekeringan, menjadi premis utama penjelasan pergantian musim dengan cara pemikiran filosofis sederhana mengenai siklus alam. Sangatlah jelas, kisah tersebut tak lepas dari pemikiran filosofis awal mengenai alam.

Selain datangnya siklus alam oleh para dewa, pemikir awal Yunani kuno mulai menemui pemikiran filosofisnya tentang alam lebih sederhana tanpa selusin kata untuk satu dewa. Datangnya dunia ini pasti ada “sesuatu” yang memulai kehidupan bagi setiap makhluk hidup. Segala “sesuatu” pasti selalu ada, pemikiran ini menamai sesuatu tersebut dengan kata “zat”. Pengertian zat ini adalah “tetap” (tidak dapat berubah). Zat tersebut dalam filsafat era klasik, Democritus menyebutnya sebagai Atom. 

Proyek Filsafat Klasik dan Idealisme

Era klasik filsafat selepas proyek filsafat alam mengalami perubahan arah, para filosof tertarik mengembangkan pengetahuan di lingkup sosial. Sebagaimana Socrates, filosof Athena, memulainya dengan tidak malu menyerap pengetahuan dari lawan bicaranya pula menyusun filsafatnya sendiri. Kalimat yang terkenal dari Socrates dituliskan, “Orang yang paling bijaksana adalah yang mengetahui bahwa dia tidak tahu.”

Athena dikenal sebagai kotanya pendidikan di Yunani, guru dikenal dengan istilah “sophis” yang berarti bijaksana dan berpengetahuan bukan “filosof”, yaitu orang yang cinta dengan kebijaksanaan. Socrates tidak menganggap dirinya sebagai sophis, tetapi filosof karena dia adalah orang yang tidak mengetahui apa-apa dan tidak terganggu dengannya (pengetahuan). 

Secara misterius, Socrates dianggap sebagai pelopor filsafat yang tulen mengajarkan secara mandiri dengan seni dialognya, yaitu berbincang tanpa mengenal batasan pengetahuan. Seni dialog ini diajarkan oleh Plato dalam Akademinya. Penamaan istilah akademi, diambil dari nama seorang pahlawan Yunani, yaitu Academus. Plato juga membangun filsafatnya sendiri dengan konsep dunia ide. 

Idealisme Plato terpancar karena mengembangkan pemikiran bahwa objek duniawi dapat dikatakan sempurna karena memiliki pola akal di dalamnya. Dia mengetahui bahwa kuda berkaki empat maka kesempurnaan ide mengenai kuda yakni bentukan kuda itu sendiri hingga bentuk yang lain, seperti warna, rupa fisik, dan semacamnya. 

Selain dunia ide, pemikiran politik ia kembangkan mengatakan negara memiliki pola yang sama bagaikan tubuh manusia. Memiliki kepala sebagai pemimpin berperan dalam hal kebijaksanaan, dada sebagai pembantu atau menteri, penasehat, dan senator sebagai keberanian, dan perut sebagai pekerja yang mengendalikan kesopanan. Bagian perut melambangkan politik abstrak, yaitu perpolitikan demokrasi ialah kedaulatan ditangan rakyat, dan mengendalikan pemerintahan. Dirinya juga tidak menutup kemungkinan mendukung posisi perempuan dalam perpolitikan suatu negara.

Filsafat Materialisme

Proyek materialisme dalam filsafat adalah perkembangan dari idealisme, yang berawal dari empirisme. Filsafat Ini muncul selama era romantisme ketika seni dan sastra berkembang pesat. Wilhelm Hegel, pelopor materialisme mengaitkan sejarah sebagai titik tunggal aliran pemikiran yang lebih daripada idealisme dengan cakupan akal saja. Persoalan itu disebut “materialisme historis”.

Materialisme ini selalu hidup dalam kajian banyak filsafat saat ini. Idealisme tidak terlalu diharapkan kembali karena hanya mengagungkan pemikiran pribadi tanpa aliran dan turunan pengetahuan sebelumnya. Aktivitas materialisme, mengaitkan dua objek dan melahirkan pemikiran yang baru sesuai pengalaman atau sejarah. 

Dua objek ini adalah uraian dari suatu keadaan, peristiwa, atau pemikiran (tesis) dan antitesis yang berarti negasi atau sangkalan dari tesis, kemudian ada sintesis merupakan konklusi atau kesimpulan berupa ketepatan dari ukuran dua objek: dikatakan tepat atau tidak tepat,  dua objek saling melengkapi kekurangan terletak setelah masalah tersebut usai serta tidak menutup kemungkinan sintesis akan bersanding kembali dengan antitesis hingga berkelanjutan, dituliskan sebagai pertarungan dialog. 

Dialog materialisme dalam kasus perbudakan manusia saat zaman kegelapan Eropa, yaitu kekuasaan raja sebagai tesis. Penolakan sistem pemerintahan terjadi saat kekuasaan ini mulai menyengsarakan rakyat atau pekerja, anggapan ini berupa antitesis. Peperangan antara kekuasaan dan rakyat melahirkan pemerintahan demokrasi, tahap ini disebut sintesis. Setelah filsafat materialisme, perkembangannya belum dirasakan lebih pesat, dan peralihan materialisme historis hegel dilanjutkan oleh Marx.

Terakhir, buku ini sangat direkomendasikan karena bahasan yang lembut (berbentuk novel) dan terurut untuk mempelajari filsafat, menjadikan buku ini layak dibaca umum sebab dibangun dialog antar Alberto dan Sophie, serta cetakannya yang terbaru sudah tidak memiliki salah penulisan kata atau kalimat. Kekurangannya hanyalah buku ini mempunyai 800 halaman, pembacaan berulang diperlukan untuk memahami filsafat lebih dalam.




Penulis : Muhammad Rizki

Editor : Bintang Prakasa