(Foto: Wanita yang Memeluk Kucingnya dengan Hangat/Pinterest)

Marhaen, Jakarta – Hidup di zaman yang semakin penuh tekanan, banyak orang mulai menemukan ketenangan bukan hanya dari terapi profesional atau obat-obatan, juga bisa dari hewan seperti kucing dan anjing yang setia menunggu di depan pintu. Dalam dunia psikologi, hewan seperti ini dikenal sebagai Emotional Support Animal (ESA) atau hewan pendukung emosional.

Meskipun belum banyak dikenal di Indonesia, hal seperti ini sudah umum digunakan di negara lain seperti Amerika Serikat, terutama bagi orang-orang yang sedang mengalami gangguan kesehatan mental. 

Kehadiran mereka bisa memberikan rasa nyaman dan tentunya bisa menjadi teman setia untuk seseorang yang sedang merasa cemas, stres, depresi dan trauma. Tentunya hewan ESA memiliki perbedaan dengan hewan peliharaan biasa salah satunya memiliki surat dan akses legal ke tempat-tempat yang biasanya melarang membawa hewan peliharaan.

Berikut beberapa hal penting yang bisa menjelaskan tentang Emotional Support Animal (ESA):

1. Memberikan Rasa Tenang dan Nyaman

(Foto: Hewan yang Memberikan Rasa Tenang dan Nyaman/Kompasiana)

Hewan ESA bisa membantu seseorang merasa lebih tenang. Mereka hadir bukan hanya untuk bermain atau dipelihara, tetapi juga sebagai teman emosional yang setia, terutama saat kita sedang merasa sedih atau tertekan.

2. Tidak Harus Dilatih Secara Khusus

(Foto: Hewan Yang Tidak Harus Dilatih/Merdeka.com)

Berbeda dengan hewan bantuan untuk disabilitas fisik yang harus melalui pelatihan, ESA tidak harus dilatih secara khusus. Yang terpenting hewan ini memberikan pengaruh positif bagi pemiliknya dan telah direkomendasikan oleh tenaga kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater.

3. Bisa Berbagai Jenis Hewan

(Foto: Berbagai Macam Hewan/RRI)

Kebanyakan ESA memang anjing atau kucing, tetapi sebenarnya hewan lain juga bisa menjadi ESA, seperti kelinci, burung, atau hewan lain yang tidak berbahaya dan bisa memberi kenyamanan bagi pemiliknya.

4. Membantu Aktivitas Sehari-hari

(Foto: Anjing sedang Mengikuti Aktivitas Lari Bersama Manusia/Glints)

Dengan adanya ESA, banyak orang merasa lebih bersemangat menjalani hari. Misalnya, mereka menjadi lebih rajin bangun pagi, keluar rumah, atau memiliki alasan untuk tetap aktif karena merasa memiliki tanggung jawab terhadap hewannya.

5. Belum Diatur Secara Resmi di Indonesia

(Foto: Ilustrasi Papan Emotional Support Animal/Pinterest)

Di Indonesia, konsep ESA belum diatur dalam hukum atau peraturan khusus. Namun, semakin banyak orang mulai memahami bahwa hewan peliharaan bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga bisa memberi dukungan emosional.

Emotional Support Animal (ESA) bukan sekadar hewan peliharaan, melainkan sahabat yang bisa membantu kita melewati masa-masa sulit, Jika kamu sedang merasa tertekan atau butuh teman yang bisa membuatmu merasa lebih baik. Terkadang dukungan yang paling tulus datang dalam bentuk sepasang mata polos dan ekor yang setia bergoyang.



Penulis: Lisa Agustina 
Editor: Reysa Aura P.