Vidia Octavia Fradiansyah


Seketika langkahku terhenti, mataku terbelalak,
Tangan bergetar, keringat bercucur bagai air terjun,
Pena menari diatas kertas berduri,
Duduk, lalu teriakkan mengeram dalam pikiran,
Bahkan ku lipat kedua kaki, tak urung nafas semakin berlari,
Duhai kawan!

Apa yang kau teriakkan? Apa yang kau serukan?
Ketika puluhan mahasiswa sibuk menggandeng mike, duduk berAC lalu
Menenteng mercy
Tapi, kau disini...

Panas, menusuk membakar kulitmu yang legam,
Ku tanya lagi, apa yang kau suarakan? Tidakah puas kau berbalut darah.
(Suasana gaduh)

“Jalan kami ini adalah jalan umat di negeri ini,
Perjuangan kami bukan untuk manusia saja,
Tapi sisa penjajahan yang kini menyaru!
Kami media, kami jembatan dan kami pembuat perubahan.”

Tak urung, mata ini mengambang air, hati teriris, jiwa meringis,
Negeri ini anti neo phobia, Anti terhadap perubahan baru,
Mengapa demikian? Karena takut akan gagal,

Kawan, teruskan langkah mencari titik kebenaran,
Kalahkan kegugupan, tekadkan keyakinan,
Bergandenglah menuju kemaslahatan, menuju kebesaran iman,
Kami! bukan kau, dia, mereka atau kalian,

Satukan almamater diatas kepala sebagai janji suci mahasiswa,
Atas nama KAMI! mari berubah, kritis dan berkarya!