(foto:berlangsungnya diskusi/HHP)

Marhaen, Jakarta - Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (Himapol) Universitas Bung Karno (UBK), menggelar refleksi sejarah Gerakan Satu Oktober (Gestok), di ruang D.110 kampus Pegangsaan Timur No.16, Menteng, Jakarta Pusat. Senin (01/10/18).

Himapol merupakan himpunan dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UBK, menggelar diskusi bersama 21 mahasiswa yang berlangsung selama 120 menit.

Mandra, sebagai penggagas kegiatan tersebut mengatakan bahwa diskusi merupakan bentuk produktif dari mahasiswa Ilmu Politik.

"Diskusi ini merupakan bentuk produktif mahasiswa ilmu politik dalam menelaah sejarah bangsa, dimana peristiwa atau tragedi Gestok 1965 merupakan suatu peristiwa yg mencederai pancasila dan bangsa indonesia", ujar Mandra. 

Menurut ia dengan sejarah yg berliku tentang kebenarannya maka dengan mengadakan acara refleksi diskusi inilah kita dapat menggali kebenarannya sedikit demi sedikit sehingga mendapat titik terang dari peristiwa tersebut.

Ketua Himapol, Agung Pratama memberi sambutan diawal diskusi, menyampaikan diskusi itu sangat baik untuk generasi milenial kampus, selain menambah wawasan tentang sejarah Gestok, mau tidak mau itu adalah bagian sejarah indonesia.

"Pesan nya tetap lanjutkan untuk dalam dunia kajian supaya menambah wawasan dalam perkembangan zaman" Ucapnya. 

Eko Santoso S.I.P., Alumni Ilmu Politik UBK 2016 hadir sebagai pemateri, dalam pengantar diskusi nya ia mengingatkan mahasiswa Ilmu Politik betapa pentingnya diskusi sejarah untuk memperkaya literatur. 

Ia membeberkan beberapa fakta-fakta ilmiah yang bersumber literatur di Indonesia sebagian dari buku Alm. Peter Kasenda dan Memoar Dr. Subadrio Menteri Luar Negri di tahun 1965.

"Lebih kurang ada seribu buku refrensi tentang sejarah G30S dan Gestok, maupun itu penulis Indonesia bahkan luar negri" ucapnya membuka diskusi. 

Bung Santoso, sapaan akrabnya, menyapaikan dalam peristiwa politik tidak ada yang kebetulan, semua itu by design.

"Latar belakang gerakan tersebut, atas ketidaksukaan negara-negara Imprealisme dan Neo Kolonialisme (Neokolim) pada Bung Karno". 

Sejak tahun 1960, sikap bung karno yang tegas dalam hal politik, ekonomi, kebudayaan Indonesia anti neokolim. Semakin tidak sukanya Amerika ketika memberi bantuan ke Indonesia ditolaknya. 

"Bung karno masuk dalam radar pemimpin dunia yang akan digulingkan, selain itu juga ada kekuatan Partai Komunis Indonesia  (PKI)  yang beranggotakan tiga juta kader dan simpatisan melalui organ sayapnya bisa sampai dua puluh juta jiwa pada saat itu". terangnya.

Narasumber memberi catatanya tentang ada empat poin utama pristiwa politik ialah
1. Bersihkan perwira pesaing Suharto
2. Bubarkan PKI 
3. Copot Menteri-Mentri Pro Sukarno
4. Gulingkan Sukarno. 

Nabila, mahasiswa baru Ilmu Politik mengungkapkan kegembiraanya dalam diskusi tersebut. 

"Menurutku diskusi nya sangat sangat menarik dan menyenangkan sebab kita menggali kembali kejadian GESTOK, mencari sebab dan akibat dari kejadian tersebut", Ucapnya. 

Lanjutnya, selain itu aku bisa mengenal kakak-kakak senior yg lain dengan adanya diskusi tersebut. Aku seneng ya sebab yg tadinya hanya tau menjadi lebih tau tentang kejadian itu, menambah wawasan pokonya. Tutupnya.(HHP/MDP).