(Foto : Soekarno dan Syahrir/Google.com)
Buah pemikiran Soekarno merupakan hasil pembacaan buku-buku dan persinggunganya dengan tokoh-tokoh politik seperti HOS Tjokroaminoto, Agus Salim dan Cipto Mangunkusumo.

Dalam membaca pemikiran Soekarno perlunya melihat perjalanan hidupnya. Syahrizal Rambe S.IP.,M.SI Dosen Universitas Nasional dalam Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa di Megawati Institute, menekan perlunya juga melihat dengan metode ilmu sosial dan kita harus melepaskan frame sekarang, karena kita akan membaca sejarah yakni harus memakai harmeneutika dan memakai frame pada kondisi dahulu ketika Soekarno memimpin pergerakan nasional dizaman kolonialisme.

Soekarno sebagai tokoh pemikir dan gerakan pada saat itu membicarakan ide nasionalisme secara ideal dan humanis. Bahkan sebelum terbentuk nation state seperti Indonesia merdeka hari ini. Ia juga mulai meraba-raba dan meramu ide nasionalisme seperti contohnya ketika pidato 1 Juni 1945, Soekarno menarik jauh kebelakang, ketika masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, karena menurut dia gambaran sebagai sebuah kemerdekaan.

Bahkan Soekarno sangat terpengaruh oleh pidato dan gagasan Ernest Renan saat berpidato dalam Diesnatalis Universitas Sorbonne Francis pada tahun 1882, Menurut Ernest Renan "Nasionalisme adalah faham membuat orang tidak diperbudakan oleh tanah airnya, seperti alam, gunung, lautan, bukan juga budak dari darah. Nasionalisme terbentuk dari kesamaan nasib sepenanggungan dan komitmen bersama untuk membangun yang dinamakan sebuah bangsa".

Menurut Ernest Renan "Nasionalisme titik tekannya adalah rasa ingin bersatu". Berbeda dengan Nasionalisme Francis/Barat dengan Nasionalisme Di Daerah Timur seperti Indonesia, Rasa Nasionalisme terbentuk karena adanya Penjajahan. (Sartono).

Soekarno menambahkan ide Nasionalisme Ernest Renan dengan memasukan ide geopolitik. Pernah dia berpidato sebelum Indonesia merdeka bahwa "Allah SWT yang memberikan kehidupan kita dari Sabang sampai Marauke".

Kebangkitan Pemikiran Nasionalisme juga bukan tidak ada sebab, karena kebijakan kolonial yang memberlakukan Politik Etnis membuat adanya kelas menengah terdidik seperti Sukarno, Hatta, Syahrir dan Tan Malaka.

Sementara Soekarno berbeda dengan para lulusan barat seperti Hatta, Syahrir dan Tan Malaka. Sukarno sebagai produk (ITB), kelebihan Soekarno walaupun tidak mengenyam pendidikan di luar negri tetapi mempunyai kekayaan pustaka, lewat membaca dia seperti halnya sudah mengembara keseluruh penjuru dunia.

Kelebihan Soekarno yang lain ialah, dia juga sempat belajar langsung dengan tokoh politik seperti HOS Cokroaminoto, dia belajar betul fase saat Sarekat Islam, karena sejak muda Soekarno aktif mengikuti perkumpulan politik SI (Sarekat Islam).

Ia menambahkan selain seorang Nasionalisme, kekuatan politik Soekarno ada pada kemauan dia mempersatukan ketiga ideologi besar seperti yang di tulisnya yaitu tentang Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme (NIM) di Suluh Indonesia Muda 1926.


Penulis : Hari Hadi Putra, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bung Karno

Editor   : Chaerul Anwar