(Foto: Patung Horas Simalungun/Rappler)

Di pagi hari yang indah pada penghujung tahun 2018, berlayar kami kepulau Samosir, menggunakan kapal air. Tampak Nahkoda tersenyum sumringah, melihat kedatangan para wisatawan baik dari domestik maupun mancanegara, terlihat juga dari raut wajah mereka ingin segera untuk berlabuh di Pulau tersebut dan menikmati keindahannya.

Setelah menunggu kurang lebih  15 menit lamanya, berangkatlah kapal  kami menuju tempat tersebut, ditengah perjalanan kami selalu disuguhkan oleh keindahan alam ibu pertiwi, suara kapal air yang khas mengetuk gendang telinga, suara air yang menggebu–gebu melawan laju arah kapal kami, di tambah kerindagan pepohonan yang  membentang hijau pada pesisir danau toba.

Sekitar 30 menit perjalanan kami menikmati perairan danau toba, akhirnya berlabuhlah kapal kami di pelabuhan Tiga Raja Pulau Samosir.

Sesampai disana, kami disambut oleh anak-anak yang notabene nya unik dan lucu di tambah lihai dalam hal menyelam. Lalu kami berjalan–jalan mengitari pulau tersebut dan kami sekeluarga sangat beruntung dan berterimakasih karena telah disambut dengan hangat oleh para penduduk setempat, kamipun bercengkrama dengan mereka seolah kami ini bukan wisatawan. Banyak juga produk serta kerajinan tangan khas daerah setempat yang yang unik serta artistik dan cocok untuk dijadikan buah tangan, karena segala produk yang di sajikan disana merupakan asli daerah sekitar sehingga jadi wawasan untuk kita sendiri dalam menggali serta mengenali budaya-budaya di indonesia (Budaya Batak).

Setelah itu, kami kembali melanjutkan perjalanan, diseputaran jalan kami di suguhkan oleh berbagai macam keindahan adat istiadat, baik tarian, baju adat, bahkan rumah dengan berbagai macam bentuk khas Batak, serta makam yang unik dan kontroversial karena telah berusia 450 tahun dan dipercaya menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki dipulau Samosir.

Di dalam Pulau Samosir ini kami tidak hanya di suguhkan oleh keindahan adat istiadatnya, akan tetapi ada juga flora dan fauna  yang khas dari daerah tersebut.  Akhirnya, setelah berkeliling cukup lama begitu juga waktu sudah mulai gelap, kami sekeluarga memutuskan untuk kembali ke penginapan kami yang terletak di daerah simalungun, yakni hotel inna parapat.

Oleh : M. Rizky Nugraha