(Foto: Jason Ranti sedang bernyanyi sambil bermain gitar akustik/ sumber; Instagram @departemen.penerangan hasil foto Allan Soebakir)

Sungguh tak penting... aku tak ingin, rasa strowberry... lipstik warna pink. Sungguh tak penting... aku tak ingin, yang aku ingin... ia telanjang..."

lirik di atas adalah sedikit penggalan dari salah satu lagu Jason Ranti berjudul Variasi Pink yang isinya menyentil kebiasaan perempuan untuk berdandan.

Bapak dari Gerombolan Woyoo (sebutan Fans Jeje atau Jejeboy) ini berhasil menghadirkan karya yang natural, hal itu tidak terlepas dari kepribadiannya yang juga apa adanya dan sederhana. Gaya bahasa yang ceplas-ceplos, menjadi identik menghiasi lagu-lagunya yang cadas. Dari dua album yang diluncurkan, lagu "Variasi Pink" yang masuk dalam album Akibat Pergaulan Blues rilisan 2017 begitu mencolok perhatian telinga khalayak.

Tidak seperti pada umumnya musik Folk Indonesia, yang selalu mendamba-dambakan hujan dan senja dalam lagunya untuk manganalogikan perasaan. Jeje justru punya cara lain, secara terang-teragan menerangkan bentuk keresahan maupun kecintaannya yang murni, yang tidak perlu ribet menghadirkan sesuatu yang tidak asli.

Dalam lagu Variasi Pink, ditegaskan berkali-kali lewat nadanya yang seperti penuh pengharapan, mengintrik perempuan bahwa ia tidak ingin lipstik warna pink. Tidak juga untuk warna merah, hijau, kuning, kelabu, dan segala macam warna. Secara lepas ia menekankan lebih menyukai wajah yang telanjang, dalam artian bibir tanpa lipstik, wajah tanpa make up, dan segala ciptaan alat kecantikan yang menurutnya tidak penting.

Pembawaan lagu Variasi Pink hampir mirip dengan lagu Pulang ke Rahim Ibunya, dari awal hingga akhir nada yang dinyanyikan stabil, tidak seperti lagu Kafir yang rada meracau dan nada yang kontras naik turun. Di lagu ini Jeje bermain tanpa harmonika, hanya  mengandalkan gitar akustik dan pita suara. Jikalau konser baru ia memerlukan kontribusi dari PLN.

Meski ia menyatakan dirinya bukan polisi moral, tapi dalam lirik-lirik lagunya begitu sarat makna. Ia tidak mengatakan bahwa lagunya sebagai kritik sosial, hanya saja banyak pendengar yang menganggap sebagai kritikan. Yang menurut hemat penulis juga dari hasil buah pikir Jeje terdapat nilai-nilai moral yang perlu dicermati bagi penikmat musik. Terlebih bagi anda-anda yang ingin mendengarkan musik Folk anti mainstream di era kekinian.

Satu contoh lagi penggalan lirik lagu Variasi Pink yang tidak perlu diragukan lagi keabsahannya atas fenomena yang terjadi pada perempuan. Dimana satu bibir bisa diisi beragam warna.

"Masalah lipstik malaikatku obsesif kompulsif,
tiga lapis warna bagaikan melukis di kanvas"

Jeje mengkaitkan persoalan gincu dengan obsesif kompulsif, yaitu gangguan yang ditandai dengan pikiran negatif dimana penderita merasa gelisah, takut, dan khawatir. Sehingga untuk menghilangkan kecemasan itu hadir obsesi berlebihan dari si penderita.

Jika dicermati, ini merupakan suatu kritikan dengan komposisi yang pas. Bahkan ketika lagu ini dinyanyikan pada saat perform salah satu acara di Pamulang, dan saya hadir pada waktu itu yang mana terdapat penonton kaum Hawa justru tersenyum-senyum bahkan ada yang menghadirkan gelak tawa saat ikut menyanyikan lagu ini. Mungkin dia ngerasa dirinya seperti itu!

Lagu ini muncul atas kepekaan Jeje terhadap suatu keadaan yang membuatnya resah. Dan lagu Variasi Pink berhasil ia kombinasikan dengan sifat pandangannya yang natural untuk menepis tabiat-tabiat perempuan yang sebenarnya merepotkan diri sendiri.

Penulis : Moehamad Dheny Permana/CA