(Sumber Foto : Google) 
Seorang perempuan yang kini tengah duduk di sebuah kafe sambil sesekali menatap ke arah hujan deras yang sedang turun menyelimuti kota jakarta. Dia Vanessha Trivala, seorang gadis yang berwajah mungil memiliki sifat pendiam dan sangat feminim berbanding terbalik dengan sifatnya 2 tahun yang lalu yaitu seorang gadis tomboy, ceria dan petakilan. Perubahan itu sungguh sangat di rasakan oleh teman-temannya, terlebih kedua orang tuanya. Semenjak ia memutuskan masuk asrama saat menduduki kelas 2 SMA atas permintaan kedua orang tuanya. Kejadian demi kejadian ia lalui sehingga terjadilah perubahan dalam dirinya yang ia pun tidak menyadarinya.

2 tahun yang lalu

Vanessha tinggal di salah satu komplek perumahan yang elite. Disana dia memiliki 3 tetangga yang setiap rumah memiliki seorang anak laki-laki yang seumuran dengannya, merek bersahabat mulai dari kecil hingga beranjak dewasa.

Para sahabatnya itu tidak lain adalah Reza seorang anak remaja yang jenius dan mempunyai wajah yang datar, kedua orang tuanya adalah orang sibuk. Ayahnya bekerja sebagai seorang dokter dan ibunya seorang pegawai swasta, dimana mereka sering pulang larut malam dan tidak selalu memperhatikan Reza.

Dika seorang remaja yang petakilan dan heboh dengan tingkah konyolnya yang terkadang membuat jengkel para sahabatny. Orang tua Dika sama seperti orang tua reza akan tetapi yang membedakan ayah Dika sudah meninggal dunia pada kecelakaan yang menimpa ayahnya, menjadikan ibunya seorang single parent untuk  menafkahi dika dan kedua adiknya.

Dan yang terakhir adalah Rafa, seorang remaja yang sama dengan Dika dan memiliki tingkat kenakalan akut yang semua orang mengetahui itu serta sangat takut berurusan dengannya. Ayahnya adalah seorang CEO di perusahaaan milik mereka dan ibunya tidak bekerja.

Kisah mereka dimulai sejak mereka masuk di sekolah menengah pertama berlanjut ke sekolah menengah atas, kenakalan yang mereka buat masih batas wajar (menurut mereka) yaitu membolos, terlambat dan berkelahi. Walaupun Vanessha seorang perempuan ia ikut dalam segala kelakuan sahabatnya hingga kedua orang tua Vanessha kerap kali kewalahan akibat tingkah laku putri bungsunya itu, Vanessha adalah anak bungsu dari 3 bersaudara dimana kakak laki lakinya adalah seorang dokter dan kakak perempuannya yang kini tengah kuliah mengambil jurusan hukum di luar negeri.

Setiap hari sabtu mereka berkumpul di rumah Reza dan menjadikan rumahnya seperti kapal pecah, sampah dimana mana dan barang barang dalm rumah Reza yang berantakan akibat ulah para sahabatnya

“kalau kalian berantakin rumah ini lagi, gue lempar dari lantai 2 ke bawah” ucap Reza sambil melotot namun yang di tatap hanya cengengesan tidak jelas.

“aelahhh, cuma beresin ini doang mah gampang Eza..gitu amat sih sama temen sendiri JAHAT” sambung Dika yang mendapat anggukan  dari Vanessha dan Rafa

Mereka bersekolah di tempat yang sama yaitu SMA TUNAS BANGSA di daerah jakarta. Walaupun kini mereka tidak sekelas, Vanessha dan  Reza memilih mengambil jurusan ipa, Rafa dan Dika mengambil jurusan ips karna menurut mereka pelajaran yang mengandung angka angka beserta nenek moyangnya itu sungguh membingungkan. Mereka kerap berkumpul setiap istirahat dan pulang bersama. Tidak jarang juga mereka terlambat bersama dan penyebabnya hanya karna satu orang di antara mereka yang terlambat bangun.

Seperti pagi ini, hari dimana kebanyakan siswa benci yaitu hari senin karena harus panas panasan upacara. Waktu sudah menunjukkan pukuk 06.45 WIB tapi ke empat  bersahabat ini belum juga berangkat dan itu karena ulah satu diantara mereka yaitu Dika. Mereka yang sudah di ambang keterlambatan kini hanya pasrah karna Dika yang baru bangun, itupun karena mendengar klakson motor Rafa saat datang untuk mengajak Dika ke sekolah. Dan disinilah mereka sekarang di depan rumah Dika yang merupakan komplek mereka tinggal.

“woiii Dikaaaa cepetan, kebo banget sih lu, udah telat ini” ucap Rafa yang sudah geram kelamaan menunggu Dika yang baru bangun.

“Dikaaa setan cepetan aelaaahhhh, panas ini..ngapain ajah sih lu sampe baru bangun jam segini” teriak Vanessha karena jengkel belum lagi panas menunggu di luar karena matahari sudah mulai naik .

“iyaaa sabar,vtinggal pake sepatu..nyerocos aeee lu pada ahhh” sahut Dika tidak kalah keras dengan teriakan Vanessha.

Lain hal dengan Reza yang wajahnya tetap datar dan tetap stay di atas motornya. Dan kini yang dinantikan datang dengan tampang tanpa rasa bersalah sedikitpun, lansung naik ke atas motor Rafa.

“udah ayooo....udah telat ini” perintah Dika pada Rafa dan mendapat jitakan keras dikepalanya

“ini karena nungguin lo setan, enak ae lo main naik aja terus perintah perintah gue, gue tinggalin lu baru tau rasa” balas Rafa sambil menatap  Dika sengit. DIka yang di tatap hanya mengusap kepalanya sambil cengengesan.

“udah ayoo..jangan pada berantem, Tinggal lima menit lagi ini” ucap Reza menengahi

Mereka berangkat menggunakan 2 motor, Rafa dengan Dika dan Reza dengan Vanessha. Dan saat tiba di sekolah, gerbang sekolah  sudah di tutup karena upacara sudah dimulai dan tinggal lah mereka berempat yang memohon-mohon kepada satpam yang menjaga.

“pak.. izinin kita masuk napa pak.. ini yang terakhir  pak..gak lagi deh, beneran” bujuk Vanessha kepada Satpam.

“gak neng..kemarin neng juga bilang begitu ke bapak, tapi sekarang terlambat lagi” balas Pak Satpam
Tidak heran karena mereka paling sering terlambat sehingga Satpam dan Guru BK sangat hapal nama mereka berempat.

Bersambung.....

Oleh : Kilasanvana