(Sumber Pinterest)

Berulang kali ku tatap diri sendiri didepan cermin, lalu menyapa "Apa kabar?".

Aku bertanya dengan dada yang sesak dan penuh gusar. Seolah menampung semua beban yang mencoba bisa di pikul sendiri, terasa berat saat bertanya;

"Apa yang sudah kau lewati?"

"Apakah hari-hari mu baik-baik saja? Atau mencoba untuk terlihat tidak kenapa-kenapa?"

Aku tahu, temanmu untuk mencurahkan beban mulai hilang satu-persatu seperti sahabat yang akan pergi karna kesibukan hidupnya. Keluarga yang kadang menuntut mu lebih dari apa yang kau bisa. Belum lagi tetangga mulai bergunjing perihal apa yang sudah kamu punya, ataupun membandingkan dengan apa yang mereka punya.

Akhirnya kita sering berdusta pada diri sendiri,  dan melontarkan kata;

"Tenanglah, aku baik-baik saja"

"Aku bisa menyelesaikan masalah ku sendiri"

"Aku bahagia"

"Hariku sangat menyenangkan"

Kata itu membuat perih menyeruak karena melukai diri sendiri.

Kadang kita lebih sering mencoba menyelamatkan diri orang lain karena takut ia patah hati, dibandingkan menyelamatkan diri sendiri dari orang yang mungkin kita selamatkan juga bisa mematahkan hati.

Di depan cermin, aku semakin memandang diri ku lebih dalam sembari bergumam ;

"Wahai diri sendiri, kapan kamu mengakui bahwa dirimu sedang terluka dan sedang tidak baik-baik saja? Berapa kali kamu harus berpura-pura? Menangislah sekencang-kencangnya, jika beban yang kau pikul memang berat. Aku hargai itu tak selamanya yang terlihat kuat itu benar-benar kuat, kau juga harus memiliki ruang untuk melepaskan semua beban yang kau simpan dengan rapat."

Untuk diri sendiri terimakasih telah bertahan sampai detik ini. Maaf jika aku selalu melukaimu. Terimakasih telah membantu menguatkan diri yang sering berucap lelah.

Oleh : Mutiara Annisa