(Foto: ilustrasi di bawah cahaya bulan/pinterest.com)

Di bawah cahaya bulan temaram,

kala sang malam merangkul senja,

bunga-bunga memerah berbisik lembut,

mengajak rindu berdansa di jiwa.


Angin berbisik, suara tiada terdengar, 

gemericik air sungai berjalan perlahan,

sepasang burung terbang menyatu,

dalam kesunyian kata-kata terpendam.


Sore itu, waktu beranjak senyap, 

kala embun menari di dedaunan, 

bunga-bunga menutupi kisah tak terungkap,

cerita cinta yang kian mengelana.


Malam tiba dengan pesona sendu,

seperti puisi yang tersembunyi di balik kata,

dalam kebisuan, rahasia tercipta,

kamu dan aku, bermuara pada dialektika.


Eufemisme terasa dalam setiap hembusan,

kata-kata lembut, berhias dalam nada,

mengaburkan realita yang terasa pedih,

dalam rindu yang terpendam, tanpa kata.


Begitulah cinta, dalam eufemisme terlukis,

mengalir dalam seribu makna yang terpendam,

puisi ini menyiratkan hasrat yang berkecamuk,

tapi tak ingin terungkap, dalam kata-kata yang tegas.




Penulis : Michael Gono Ate