(Foto: ilustrasi relasi kuasa mengintervensi perempuan/pinterest.com)

Era sudah digitalisasi

Tapi kaum puan masih sekedar pelengkap di lingkungan politisi

Apakah laki-laki takut tersaingi?

Kalah bersaing gagasan sebagai kaum intelegensi

Takut perempuan mendominasi?

Berusaha mengintimidasi

"Politik keji, tak usah ikut mencampuri, ini ranah laki-laki"

Orator-orator di mana-mana berorasi

"Tolak diskriminasi, menuntut revolusi"

"Kesetaraan harus dijunjung tinggi"

Tapi nyatanya kaum puan hanya jadi "alat" politisi

Sadisnya, malah dipersekusi 

Ditawar untuk disetubuhi

Relasi kuasa mengintervensi

Bahkan semenjak era "Panglima Besar Revolusi"

Tak ada ruang aman tuk perempuan berpartisipasi

Tak ternilai kemampuan dan harga diri

Apakah ini bukan sebuah diskriminasi?

Sampai kapan perempuan dibungkam untuk melahirkan konsepsi?




Penulis : Samantha Anjelica Marcelia (Mahasiswi Universitas Bung Karno)