(Foto:Keadaan paska sebulan tsunami selat Sunda/Nazir)

Paska 29 hari musibah arus Tsunami menerjang daerah Pandeglang Banten. Puing-puing rumah serta bangunan masih terlihat dibeberapa titik lokasi bencana seperti di daerah Pantai Carita, Anyer, juga Tanjung Lesung, tempat-tempat pengungsian masih banyak dipenuhi oleh para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal.

Perjalanan Reporter Marhaen menuju ke daerah Sumur yang terkena dampak Tsunami paling parah juga sangat berat, hal ini dikarenakan akses jalan yang terdiri dari tanah dan bebatuan menyulitkan kendaraan untuk pergi ke daerah tersebut sehingga perjalanan dari Tanjung Lesung ke daerah Sumur menempuh waktu hampir 2 jam lebih. Selain itu akses utama menuju daerah sumur ditutup oleh warga sekitar, perjalanan kami menuju Sumur akhirnya melalui jalan kecil yang hanya dapat dilalui satu mobil.

Saat sampai di daerah Sumur nampak jalan masih dipenuhi oleh bekas-bekas rumah yang hancur di terjang Tsunami, serta juga masih banyak posko-posko yang didirikan oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta institusi pemerintah, selain itu juga banyak adanya Dapur Umum yang dikelola oleh LSM-LSM tersebut.

Reporter Marhaen berkesempatan untuk mewawancarai salah satu Relawan yaitu Hafidz dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) ia menyampaikan bahwa “situasi terkini mengenai korban Tsunami, saat ini keluarga korban bencana Tsunami masih trauma sehingga berdampak dari kegiatan ekonomi karena sebagian besar laki-laki disini mata pencaharian mereka ialah Nelayan, namun trauma tersebut menimbulkan ketakutan tersendiri”.

Dari data yang telah dikumpulkan oleh ACT bahwa ada total 5 desa yang terkena dampak Tsunami seperti Desa Sumber Jaya, Cigorondong, Tunggal Jaya, Taman Jaya, dan Ujung Jaya. Ada lebih 400 Kepala Keluarga yang rumah mereka terkena Rusak Berat sampai rusak ringan. Lalu ACT juga mendirikan beberapa posko dan dapur umum. Juga tersedianya pelayanan medis gratis di posko-posko tersebut

Lalu selain itu Hafidz dari ACT juga menyampaikan dari segi pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar di beberapa sekolah-sekolah telah mulai berjalan dan bahkan antuasis dari siswa-siswi pun sudah mulai tinggi untuk kembali belajar, namun ia juga menambahkan “saat ini para siswa-siswi tersebut membutuhkan peralatan sekolah tidak hanya dari pakaian sekolah, seperti baju, celana, sepatu akan tetapi juga dari buku-buku pelajaran”.

Sampai saat ini korban bencana Tsunami Selat Sunda masih membutuhkan bantuan serta donasi dari kita semua, sekecil apapun bantuan, uluran tangan kita sebagai sesama manusia sosial, tentu akan meringankan beban mereka. (M. Nazir Z./MDP)