(Foto: cover buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring/goodreads.com)

Judul : Seorang Pria yang melalui Duka dengan Mencuci Piring 

Penulis : dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 

ISBN : 978-602-06-7467-4

Jumlah halaman : 192 halaman

Tahun : 2023

Novel ini merupakan proses untuk memaknai kehilangan yang terjadi dalam hidupnya, yaitu kehilangan ayah dan anaknya. Ayahnya meninggal tiga bulan sebelum hari kelulusannya saat itu penulis sedang menjalani pendidikannya sebagai psikiater dan ketika penulis harus menandatangani Do Not Resuscitate (DNR) untuk anaknya karena itu pilihan yang terbaik. Membuat dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ selaku penulis menyelami psikoterapi untuk kedukaan dan kehilangan serta bergabung ke dalam klub berduka yang pada pertengahan 2021 memperpanjang masa keanggotaan hingga akhirnya menjadi “anggota seumur hidup”. 

Dari judul buku tersebut seorang pria yang melalui duka dengan mencuci piring sebenarnya sudah sangat unik, menarik dan membuat orang kebingungan. Mengenai hubungannya berduka dengan mencuci piring yang menjadi bagiannya dalam proses kehilangan, bersedih, ataupun menangis. 

Penulis sendiri sebenarnya tidak menyukai mencuci piring karena tangan yang basah, menggosok piring dengan sisa makanan, dan pakaian yang kita pakai akan basah. Namun, mencuci piring itu seperti duka, tidak ada orang suka melakukannya, tetapi pada akhirnya seseorang harus melakukannya. 

Pertama kali menceritakan kepergian Hiro kepada orang tua, air mata begitu mengalir dengan deras. Saat menceritakan kepada keluarga yang lain dan para tamu penulis menambahkan satu kejadian, menambahkan lagi, semakin banyak yang datang sehingga menambahkan satu detail kejadian lagi. Sampai sudah merasa capek dan mulai mengurangi detail kejadiannya akhirnya jawaban untuk ke seratus “Yah sudah sakit lama, doakan saja.” 

Ketika Hiro terlahir dengan kondisi khususnya yang tidak bisa menangis dan menelan, otot napas yang lemas, ekspresi wajah yang tidak ada karena gangguan perkembangan saraf kranial XXI (saraf hipoglosus) yang memiliki fungsi gerakan lidah, mulut, dan menelan. Tangan Hiro pun berbeda antara kiri dan kanan, tangan kirinya memiliki jari-jari mungil lucu sedangkan tangan kanannya tidak memiliki jari, hampir bulat sempurna seperti tangan doraemon.

Penulis merasa ketika merawat Hiro lebih banyak rasa bersalahnya. Setiap selang NGT (Nasogastric Tube) yang dicabut dan dipasang lagi, setiap kali dia tidak bisa makan karena muntah berulang sehingga perlu membawanya ke rumah sakit untuk dipasangkan infus, dan tiap pembuluh darah yang kempis harus menusukkan jarum di tangan mungilnya. Bagaimana tindakan medis yang harus dilakukan agar Hiro sembuh, tetapi malah menyakitinya. Bahkan, sesuatu yang kita lakukan atas dasar cinta bisa jadi menyakitkan untuk orang di sekeliling kita.  

Hiro memang sudah sering masuk rumah sakit, karena kelainan saraf di napas, dan saraf wajah, tetapi biasanya dirawat karena masalah pencernaan. Kalau sudah sampai muntahnya hitam, sesak, saturasi oksigennya turun terus, dan ketika diperiksa ternyata mengalami sepsis, infeksi berat jadi perlu masuk ICU. Sejak masuk ICU dia tidak bangun, kondisinya koma. Pada akhirnya tanggal 10 Desember 2021 jantung Hiro berhenti berdetak. 

Dalam proses berduka, rasa kehilangan dan rasa bersalah itu hal wajar karena kita makhluk sosial. Sebenarnya dalam proses duka dan kehilangan bukan seberapa lama waktu yang kita butuhkan, tetapi bagaimana kita menerimanya dan hal apa saja yang bisa kita lakukan agar duka dan kehilangan tidak terlalu menyakitkan. 

Penulis menutup bab ini dengan apa yang didapatkan dalam proses merawat Hiro. Menerima kenyataan bahwa hidup tidak berjalan seperti apa yang kita inginkan, berhenti menanyakan dan menyalahkan diri sendiri, kemudian maafkan dirimu agar bisa melangkah maju untuk melanjutkan hidup.

Menurut saya novel ini cocok untuk 17 tahun ke atas karena pembahasannya yang lebih berkaitan dan lebih mudah memahaminya, novel ini saya rekomendasikan apabila kalian sedang mengalami duka dan kehilangan karena banyak sekali membahas tentang psikologi yang disertai penjelasan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita. Kekurangan novel ini tidak ada ilustrasi, penulisannya terlalu padat, dan sebagian ceritanya begitu menyentuh hati sehingga membuat sesak ketika membacanya, atau malah membuat kita mengingat kembali ke masa itu. Jadi, siapkan diri kalian sebelum membacanya. 





Penulis : Farassiyna Zhybyan

Editor : M. Zacki P. Nasution