Judul : A Taxi Driver
Genre : Action, drama, history, thriller
Sutradara : Jang Hoon
Produser : Park Un-kyoung dan Choi Ki-sup
Tahun rilis : 02 Agustus 2017
Distributor : Showbox
Durasi : 137 menit
Film ini diangkat berdasarkan kisah nyata tentang ketegangan yang pernah terjadi di Korea Selatan. Diperankan oleh Song Kang-ho yang namanya sudah tidak asing lagi di telinga, di mana beberapa film yang pernah ia mainkan ialah Parasite, Memories of Murder, dan The Host. Ia berperan menjadi Kim Man-seob dalam film ini.
Mengambil latar tahun 1980, seorang reporter asal Jerman yang bekerja di Tokyo bernama Jürgen Hinzpeter yang diperankan Thomas Kretschmann mendapat kabar bahwa telah terjadi sesuatu yang aneh telah terjadi di Korea Selatan. Pemerintah di sana menyatakan darurat militer yang membuat dirinya tertarik akan hal tersebut.
Jürgen kemudian bergegas menemui rekannya yang berada di Korea, tetapi saat masuk ke negara tersebut ia harus menyamarkan identitasnya sebagai reporter dan merubahnya menjadi pendeta. Setelah bertemu rekannya, diketahui ternyata kota Gwangju melakukan aksi protes terhadap pemerintah, tetapi anehnya sambungan komunikasi dan tidak ada satupun pemberitaan mengenai hal tersebut. Tak hanya itu akses jalan masuk menuju Gwangju terblokir membuat daerah tersebut terisolasi dari daerah lainnya.
Sementara itu di Seoul, seorang supir taksi Kim Man-seob bekerja keras menghasilkan uang untuk anaknya dan membayar sewa rumah. Ketika sedang makan bersama temannya di restoran, ia mendengar percakapan sopir taksi lainnya tentang seorang turis yang bersedia membayar 100.000 won untuk diantar ke Gwangju kemudian kembali ke Seoul.
Kim bergegas pergi menemui turis asing tersebut mendahului para sopir taksi lain tanpa mengetahui apa tujuan dan resiko perjalanannya ke Gwangju. Meski tidak begitu fasih dalam berbahasa Inggris, ia berpura-pura tetap mengerti apa yang dikatakan Jürgen. Saat hampir sampai di Gwangju, jalan diblokir oleh para tentara dan menyuruh mereka kembali. Tak habis akal mereka mencari jalan lain melalui pegunungan meski ujung-ujungnya telah ada tentara yang berjaga di sana.
Tak mau sia-sia, Kim menjelaskan bahwa Jürgen merupakan seorang pengusaha asing yang memiliki pengaruh besar dan memiliki urusan di Gwangju. Akhirnya para tentara tersebut memperbolehkan mereka untuk masuk.
Begitu sampai di Gwangju mereka bertemu dengan para remaja disana yang akan ikut turun melakukan aksi. Jürgen kemudian ikut rombongan para remaja sambil mendokumentasikan keadaan Gwangju saat itu. Mereka kemudian mengambil posisi di atas gedung untuk mengambil footage. Saat itu pula mereka menyaksikan kekerasan dan penindasan yang dilakukan tentara terhadap warga sipil. Tak hanya itu media lokal di Gwangju pun mengalami pembredelan hingga beberapa reporter yang berniat menyebarluaskan apa yang sedang terjadi di kota tersebut mengalami kekerasan.
Kim yang akhirnya sadar akan tujuan kedatangan Jürgen ke tempat tersebut kemudian turut membantu kerja-kerja Jürgen dalam mendokumentasikan serta menyebarkan kebenaran peristiwa yang sedang terjadi di Gwangju ke dunia luar.
Film ini sangat mengingatkan saya dengan Peristiwa Mei 1998 di mana benar-benar menunjukan kebusukan pasukan militer dengan senjata lengkap melakukan kekerasan yang sangat brutal terhadap masyarakat sipil yang terlibat dalam aksi hingga menelan banyak sekali korban jiwa.
Tak seperti Korea Selatan yang pada akhirnya mengadili sang dalang dibalik terjadinya peristiwa tersebut, di Indonesia para pelaku-pelaku brutalitas terhadap masyarakat sipil di Indonesia masih melenggang bebas, bahkan ada yang menduduki kursi di Istana Negara sana.
Film ini sangat baik dalam menggambarkan ketegangan yang terjadi dari scene ke scene. Tak hanya itu, film ini sangat cocok bagi kalian yang ingin melihat bagaimana gambaran mengerikannya rezim otoriter dalam membungkam rakyatnya.
Penulis: M. Zacki P. Nasution
Editor: Bintang Prakasa
0 Comments