Marhaen, Jakarta – Setelah mengikuti demonstrasi di Jakarta pada akhir Agustus lalu, Muhammad Farhan Hamid dan Reno Syahputradewo hingga kini masih belum diketahui keberadaannya. Informasi terakhir menyebutkan bahwa Farhan juga Reno terlihat berada di kawasan Mako Brimob Polda Metro Jaya tepatnya di Kwitang, Jakarta Pusat.
Kasus hilangnya Farhan dan Reno membuat penanganan massa aksi pada 29-31 Agustus 2025 menjadi sorotan. Meskipun demikian, kondisi Farhan dan Reno masih menjadi pertanyaan. Peristiwa ini menimbulkan perhatian publik karena terkait langsung dengan keamanan warga yang mengikuti demonstrasi.
Ayah Farhan, Hamid, mengatakan kepada Suara.com bahwa dia belum mengetahui keberadaan putranya sejak 31 Agustus 2025. Ia telah mengunjungi Mako Brimob Kwitang Polda Metro Jaya untuk mendapatkan informasi, tetapi tidak mendapatkan hasil apapun.
Keluarga Reno melakukan hal yang sama juga. Sepupunya, Amelia Putri, bahkan menampilkan foto Reno dalam video pencarian orang hilang di media sosial. Namun, unggahan itu hilang dari lini masa dengan tiba-tiba.
“Kami sudah lapor ke Polres Jakarta Pusat dan KontraS, tapi sampai sekarang belum ada kabar,” kata Amelia, dikutip dari tirto.id pada Senin (15/09/2025).
Di sisi lain, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) melakukan penyelidikan atas hilangnya mahasiswa pasca demonstrasi akhir Agustus. Hasil temuan lembaga ini mengarah pada dugaan praktik penghilangan paksa. KontraS juga menemukan pola penahanan secara tertutup, atau incommunicado detention, yang semakin memperkuat indikasi tersebut.
Menurut KontraS, beberapa korban mengalami kekerasan fisik atau penyiksaan selama penahanan. Didik, adalah salah satu korban kekerasan yang terjadi selama penahanan polisi. Hasil ini meningkatkan kekhawatiran bahwa kasus Farhan dan Reno bukan sekadar laporan orang hilang biasa.
Data KontraS menunjukkan bahwa hingga 12 September 2025, terdapat 44 laporan orang hilang yang masuk setelah peristiwa yang terjadi dari 25 hingga 31 Agustus 2025. Dari jumlah tersebut, 42 orang telah ditemukan, sementara dua lainnya Farhan dan Reno masih belum diketahui keberadaannya. Temuan KontraS juga mencatat bahwa 33 orang diduga menjadi korban penghilangan paksa.
Sementara itu, data yang dirilis oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menunjukkan bahwa terdapat 3.337 orang yang ditangkap, 1.042 orang mengalami luka-luka, dan 10 orang meninggal akibat represi aparat selama demonstrasi.
Sumber informasi tambahan berasal dari Tim Advokasi Untuk Demokrasi (TAUD), yang beroperasi sebagai hotline pengaduan WhatsApp dari 25 Agustus hingga 8 September 2025. Sekitar 369 aduan diterima TAUD dan diperkirakan ada 616 korban dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
KontraS bersama berbagai organisasi masyarakat sipil lainnya terus mendesak agar penyelidikan kasus hilangnya Farhan dan Reno dilakukan secara terbuka. Mereka menekankan pentingnya penyampaian informasi secara berkala kepada keluarga dan publik, agar proses pencarian dapat dipantau dengan jelas.
Menurut data yang dikumpulkan dari berbagai lembaga, peristiwa hilangnya Farhan dan Reno bukanlah kasus tunggal, melainkan bagian dari persoalan yang lebih luas terkait dugaan pelanggaran HAM dalam penanganan aksi massa.
Kasus Farhan dan Reno pun masih menjadi perhatian publik hingga kini. Tekanan terus datang dari keluarga, mahasiswa, maupun organisasi masyarakat sipil agar aparat segera mengungkap keberadaan mereka. Publik menunggu langkah konkret dari pihak berwenang untuk menjawab laporan kehilangan yang masih menggantung.
Penulis: Reysa Aura P.
Editor: Anisa Tri Larasety
0 Comments